The Girl, and Her Loses
Hari ini aku kehilangan. Bukan kehilangan dompet atau kartu identitasnya, melainkan kehilangan cinta dan teman baiknya. Lalu yang aku lakukan saat ini cuma berpikir dan menyesal. Kalau saja dulu tidak ada perasaan bodoh itu di tengah-tengah mereka, pasti tidak akan se-menyakitkan ini jadinya. Tidak akan se-berantakan ini. Tapi apa boleh buat? Semua sudah terlambat.
Aku merenung. Kalau saja tidak ada perasaan suka di antara pertemanan mereka, pasti saat ini mereka masih bisa saling menyapa, berbagi semangat, mengejek, bercanda, dan yang lainnya. Dan yang terpenting adalah…mereka masih tetap bersama.
Dulu aku tidak sempat berpikir akan hal itu. Karena aku dan dia saling menyayangi dan aku sangat senang akan hal itu. Tapi kenyataannya apa? Tidak pernah ada yang tahu jalan cerita yang sudah Tuhan tuliskan.
Ingin tertawa tapi juga sesak sekali rasanya. Namun, aku harus mengerti bahwa waktu tidak akan pernah mau menunggu. Mau tidak mau, suka atau tidak, siap atau tidak siap, aku tetap harus melanjutkan hidup. Tak peduli seperti apa kondisi hati dan jiwamu saat ini. Untuk hal yang seperti itu, waktu susah sekali mengerti.
Aku sadar, bahwa tidak baik terus-menerus hidup dalam keterpurukan dan bayang-bayang masa lalu. Harus kuat. Harus bangkit. Aku seharusnya ingat kalau dulu Tuhan memberinya kesempatan hidup di dunia ini bukan hanya untuk meratapi kesedihan. Melainkan juga untuk belajar dan berjalan kembali.
Jadi, untuk kalian yang di luar sana, yang membaca tulisan ini, aku ingin kau menyudahi sedihmu. Kalau ingin berteriak, teriak saja. Sekuat-kuatnya, sekencang-kencangnya. Buang rasa sedih dan pilu itu ke langit, biar angin yang membawanya pergi menjauh darimu.
Lekas sembuh.
Satu yang aku inginkan untuk kalian mengingatnya. Bahwa, memiliki perasaan yang sama--entah menyukai atau menyayangi--dengan seseorang, itu semua tidak bisa dijadikan jaminan untuk kalian akan tetap bersama ke depannya.
-r.queen
Komentar
Posting Komentar