yang diam-diam bersenyawa, rasa.
Adalah orang asing aku kala itu. Seseorang yang tidak sengaja berada disatu lingkup yang sama denganmu.
Bermula dari melihatmu, mengenal, berbincang dan saling menukar tawa, kemudian diam-diam memperhatikanmu. Lalu, entah bagaimana, aku mengagumimu. Semakin didiamkan semakin bertambah. Perasaan tak bernama itu pun hadir.
Tanpa diminta. Tanpa ditunggu kehadirannya.
Tentu saja aku berusaha menampik kenyataan tersebut. Karena setelah berteman denganmu cukup lama, aku tahu bahwa kau sulit untuk aku raih. Mustahil rasanya, jika membayangkan kau akan membalas perasaanku kelak. Seperti, aku adalah serigala di atas bukit dan kau adalah bulan indah yang pentas di langit malam. Kau dan aku berbeda. Sangat berbeda.
Namun, lambat laun aku pun tersadar. Rasanya percuma mengelabui diri sendiri tentang perasaan yang tumbuh ini. Sama seperti yang kukatakan tadi, semakin didiamkan, semakin bersenyawa perasaan ini. Aku pun mengerti, semesta menitipkan rasa ini bukan tanpa tujuan, pasti ada hal baik di baliknya.
Dengan pasrah, aku mengesampingkan pikiran-pikiran buruk yang bersarang di kepalaku akan rasa sakit yang akan dihadiahkan nanti karena sudah menyukaimu. Aku mulai mencoba menikmati perasaan aneh ini.
Aku suka caramu berjalan,
Aku suka ketika kau memaikai hoodie abu-abumu,
Aku suka caramu menyampirkan tali tas gendong birumu ke bahu,
Aku suka tawamu, juga senyummu.
Aku, menyukaimu.
Kemudian. Dengan sangat baik hati, semesta membuat aku dan kau semakin dekat. Kau sering mengganggu dan menjahiliku, lalu nanti aku akan pura-pura merajuk. Padahal hatiku sangat bahagia. Aku selalu berusaha untuk menyembunyikan senyumanku saat itu.
Aku pun sering mengirimi pesan basa-basi padamu. Demi untuk membuatmu semakin terbiasa dengan keberadaanku. Supaya kau melihatku.
Berharap jika suatu saat aku mengumumkannya padamu, kau tidak akan pergi menjauh dan bisa menyambutnya dengan bahagia.
-r.queen
Komentar
Posting Komentar